Selasa, 15 Agustus 2017

Ziarah mumi hutan mati, fita rahmat family


Resume kegiatan Berbagi Pengalaman di WAG IIP Jakarta 01
Oleh : Fita Rahmat
Tanggal : 15 Agustus 2017
Tema : Adventure




Bismillahirrohmanirrohim...

InsyaAllah siang ini saya akan sharing tentang Papandayan Expedition : Ziarah Mumi Hutan Mati. Saya posting teasernya dulu ya.. setelah itu izin sholat baru lanjut lagi😊

 _Tahun lalu di bulan Maret telah lahir seorang gadis pejuang_
_Yang mengajarkan kami_
_Kesabaran_
_dan_
_Kekuatan Tekad_

 _Demi merasakan kembali perjuangan itu_
_Kami persembahkan_

 Minggu, 12 Maret 2017
Pukul 07.16
Di Camp David
Suhu sekitar 18 derajat celcius

 _"Suhu diatas berapa?"_
_"6 pak!"_

Saya mendengar suara-suara itu dari luar tenda. Suara langkah-langkah kaki. Suara wanita yang bercakap dengan bapak-bapak.

Di luar sudah mulai terang tapi saya masih enggan keluar tenda. Sholat subuh saja butuh tekad kuad menembus angin malam dengan suhu mungkin belasan derajat celcius. Ditambah wudhu dengan air es. Ya, air es! di sini kulkas tidak laku kawan!

Suami saya sudah bersiap-siap di luar tenda. Anak-anak belum bangun. Ini baru jam 6 lewat dan mba-mba tadi bilang suhu di atas 6 derajat. Ya Allah 6 derajat! Di sini aja sudah sedingin ini apalagi di atas.

Ternyata memang begitulah alasan suami saya merencanakan kami membuat tenda di Camp David, camping ground dekat parkiran mobil. Selain biar tidak repot mengangkut barang-barang kami yang seperti orang pindahan (bawa kasur angin segala). Juga karena suami saya sudah merasakan dinginnya di atas. Ini adalah ekspedisi ketiga kalinya ke gunung Papandayan, namun baru pertama kali bersama keluarga.

Saya berharap matahari segera muncul biar suhu lebih hangat. Yah, apa daya, matahari masih malu-malu keluarnya. Angin lumayan kencang menambah aduhai rasa dinginnya.

Anak-anak mulai bangun saat saya menyiapkan sarapan. Semalam Afnan muntah jadi saya memintanya untuk tetap memakai jaket tebal saat keluar. Kalau a Hamzah sih entah kenapa tahan banget dan bersikeras tidak memakai jaket.

Seingat saya kami sarapan dengan roti isi dan bekal nasi kami kemarin (untung nasinya belum basi). Juga meminum coklat panas demi menghangatkan badan. A Hamzah dan a Afnan sudah lari-larian di depan tenda, sementara kami (abi-ummi) sarapan sambil menyuapi mereka. Aisha sudah bangun, menyusu dan ikut sarapan nasi (Aisha sudah makan menu keluarga sejak genap 1 tahun).

*Perjalanan Dimulai*

Sekitar pukul 09.00 kami memutuskan untuk berangkat nanjak. Suhu mulai terasa hangat. Kami sudah siap dengan dua buah kids carrier untuk menggendong a Afnan dan Aisha. Sementara a Hamzah kami latih untuk berjalan kaki.

Kami memasuki jalur pintu masuk hiking. Jalurnya sudah rapi, ada pembatas batu bata di pinggir jalan. Menurut abi, suami saya, saat pertama kali ke Papandayan belum serapi ini. Sekarang sudah ada PT yang mengelolanya, HTMnya jadi lebih mahal, tapi memang lebih rapi. Banyak juga yang wisata keluarga kesini. Tapi pagi ini kami hanya berpapasan dengan 1-2 orang, tidak ada rombongan yang naik gunung.

 Lihatlah di foto ini, batu-batuannya lumayan besar dan terjal. Jika kesini pakailah alas kaki yang kuat. Kalau saya sih cukup kaos kaki dan sendal gunung. Suami saya sepatu gunung. Anak-anak sepatu sandal yang cukup kuat buat naik gunung.

Suami juga sudah membelikan saya trekking pole, tongkat untuk penyangga badan, biasa digunakan untuk trekking hutan/gunung. Sangat bermanfaat untuk menahan beban tubuh/mencengkram tanah saat medannya lumayan terjal. Pengalaman waktu pertama kali naik gunung ke gunung gede pangrango, saya belum punya trekking pole jadi saya pakai payung panjang pink buat menyangga badan. Mendaki cantik pake payung pink 😁

 Prinsip suami saat mengajak anak-anak naik gunung adalah mengkondisikan supaya anak nyaman sehingga tidak kapok bahkan ketagihan naik gunung. Kami juga mencari gunung-gunung yang aman untuk anak. Karena tidak semua gunung aman untuk anak, ada yang memberi aturan batas minimal usia untuk naik gunung itu.

Peralatan yang kami bawa saat itu hanya 2 buah kids carrier: satu untuk saya menggendong Aisha, satu untuk suami saya menggendong a Afnan. Di dalam kids carrier kami hanya membawa barang yang benar-benar penting untuk tektok, satu kali perjalanan naik gunung tanpa menginap/camping di atas. Kami membawa botol susu, susu kotak kecil, makanan ringan, popmie, kompor kecil, tabung gas kecil, aqua botol, pampers, sepasang pakaian ganti untuk masing-masing anak, payung, jas hujan, penutup kids carrier, minyak kayu putih, dll. Barang-barang di bagi dua di kantong-kantong yang ada di masing-masing kids carrier.

Oh ya, tenang saja kalau kedinginan dan ingin BAK terus, disini ada banyak toilet. Sekitar 2-3 toilet sudah kami lewati sebelum sampai di pos 2

Dari pintu masuk hiking tadi masih banyak pohon-pohon di kiri-kanan jalan, tapi makin naik makin gersang sampai akhirnya tidak ada pohon, dan asap dari kawah mulai terlihat.

Kami sudah melewati pos 2. Sudah dekat kawah-kawah yang berasap dan berbunyi blup-blup cess-cess kayak kita kalau masak air panas. Udara sudah mulai berbau tidak enak, bau belerang, mirip bau k*nt*t 😂🙏🏻

Jangan dikira saya jalan terus ya.. karena itu baru kedua kalinya naik gunung saya masih sering berhenti selama perjalanan. Tapi sudah lebih baik daripada saat pertama kali dulu tiap 10 menit berhenti. Saya sudah mulai bisa mengatur ritme jalan biar tidak cepat capek. Tapi karena ada a Hamzah tetap saja kami berhenti sekitar 10-20 menit sekali. Seringnya saya jalan duluan, soalnya kalau keseringan berhenti malah berasa capeknya. Jadi suami saya nyusul di belakang menemani a Hamzah.

Tracking menju pos 2 mungkin hanya selebar 1-1,5 meter dari yang awalnya 2-3 meter di pintu masuk tadi. Di samping kiri kawah-kawah. Kadang jalurnya di tengah kawah. Kami sempat melihat dari dekat tapi tidak sampai menyentuh pinggirannya. Bayangkan kawah itu ada pinggirannya tidak menghampar seperti danau. Jadi masih aman lewat di sekitarnya. Hanya saja rasanya ingin cepat-cepat pergi dari sana karena udaranya mulai tidak tertahan. Kasian juga Aisha meski sebenarnya dia sedang asyik bobo di gendongan belakang 😬

 Eh ini belum sampai di pos 2 loh, masih jauuhh.. Jadi track kami adalah pintu masuk-kawah-pasar-gober hut (pos 2). Perjalanan antar tempat ini terus menanjak, tapi di masing-masing tempat ada yang datar. Biasanya ada saung-saung atau warung untuk istirahat.

A Hamzah terlihat lelah, tapi kami terus menyemangatinya.

_"Aa mau makan semangka ga? kaya waktu dulu.."_ tanya abinya.

A Hamzah mengangguk.

_"Ayo, kita jalan lagi. Biar cepet sampai disana,"_ ujar abi menunjuk pasar di atas.

Track menuju pasar itu lumayan tinggi, melihatnya juga saya sudah capek. Tapi demi semangka, kami bergegas nanjak lagi😋😁

A Hamzah sudah pernah ke Papandayan sama abi sebelum ini. Waktu itu sama teman-teman kantor abi. Jadi dia sudah latihan sebelumnya. Meski begitu tetap saja ya... kasian tapi latihan juga buat anak laki-laki naik gunung seperti ini.

 Setelah tracking yang cukup terjal karena jalan sempit menanjak, kami sampai di pasar. Saya menyebutnya pasar karena banyak lapak-lapak yang menyediakan makanan di sini. Dan tentu saja semangka. Charger buat para pendaki gunung yang kelelahan. Makan semangka di gunung ini sangat nikmat loh. Mahal si..sepotong segitiga kecil 2-3ribu rupiah tapi memang enak dan menyegarkan. A Hamzah habis 6 potong kayanya 😄

 _maaf fotonya kurang lengkap karena saya lupa bawa harddisk🙏🏻 ini ngumpulin dari yang sudah pernah kami posting di FB&IG_

Sebenarnya tracking kami lumayan panjang karena muterin gunung. Kalau tidak bersama anak-anak bisa motong jalur dengan manjat potong jalan, benar-benar manjat badan gunung kalau mau potong jalan.

 Jalur ini sudah lebar tapi tidak ada pengaman di pinggir jalan sedangkan bawahnya langsung jurang. Jadi kalau bawa anak mesti benar-benar hati-hati

_"Bi, ayo bi cepetan...hamzah pengen makan cilok."_

Siapa sangka memang kekuatan cilok membuatnya ngajak bergegas mendaki ke atas. Ya, di atas sana memang ada kang dagang cilok, 2000-an, dadakan, anget-anget. 😆
.
Usianya 5 tahun, di pendakian ini, naluri ke-abang-annya diuji karena 2 adiknya ikut, dan ia (mungkin terpaksa) full berjalan. Yah, begitulah cara praktis melatih fisiknya mengenal medan pegunungan. Hahahah *ketawa jahat*
.
Sepanjang jalan ga berhenti cerita...sesekali dipungut sampah yg bisa ia pungut, sesekali juga ngomel ke ayahnya tiap liat coretan vandalisme di bebatuan, _"abiii kok batunya di corat-coret, kan jadi jelek, nakal banget sih!"_ (Mohoon bersabar kak, ini ujian) 😸

[tulisan suami di IG]

 Kami sempat bertemu pasangan ibu dan bapak yang naik gunung berduaan aja. Tidak bawa ransel jadi sepertinya mereka tektok juga. Ngebayangin kalau sudah tua nanti pacaran sama suami di gunung kayak gitu seru kali ya... hehe

Mereka melihat kami gembol anak-anak jadi menyapa excited sampai minta foto bareng segala😅Habis foto-foto a Hamzah ngajak jalan buru-buru karena gak jauh dari sana ada lapak yang jual cilok😁

Kami istirahat sebentar, duduk-duduk sambil nunggu a Hamzah makan cilok, habis itu lanjut tracking di antara dua gunung/bukit. Kanan-kiri sudah dinding gunung. Ada jalur-jalur air kecil yang melintas di tengah jalan. Sebenar lagi kami akan sampai di pos 2: gober hut.

 *Sampai di Pos 2: Gober Hut*

Kami sampai di gober hut sekitar jam 11-12 kalau tidak salah. Capek banget pastinya sudah jalan dari jam 9 pagi dengan jalur menanjak. A Hamzah nambah beli cilok lagi di sini. Gakpapa lah ya buat ngecharge energinya😬

Di sini sempat terjadi keributan. Ada mba-mba kebingungan nyari temennya. Ada petugas juga yang bolak-balik lewat bantu nyari. Rupanya mba itu kesini bersama temennya (bule alias turis) entah bagaimana mereka terpisah udah masuk hutan sebelum pondok saladah tapi dicari-cari ketemu. Takutnya bule itu nyasar. Atau ke hutan mati duluan.

Kami tidak bisa bantu apa-apa. Ada petugas juga yang sudah bantu. Jadi kami melanjutkan perjalanan menuju pondok Saladah, ke padang edelweiss🌸🌸🌸

Setelah tracking yang menanjak terus akhirnya ada turunan juga. Melewati hutan dan ketemu sungai. Lumayan bisa main air sebentar😊

Abis ketemu sungai, jalurnya mulai mendaki lagi. Siapkan energi!

Sekitar jam 13 kami sampai di pondok saladah. Banyak tenda-tenda di sini. Pondok saladah memang camping ground utama buat yang mau camping di Papandayan. Jadi rame sekali di sini

Di balik tenda-tenda itu ada padang edelweiss. Penasaran! Soalnya pas abis nikah suami langsung naik gunung terus dioleh-olehin bunga edelweiss. Pengen tahu gimana pohonnya😍

Abis foto-foto kami ingin lanjut ke hutan mati karena sudah siang, takut pulangnya keburu gelap. Tapi tiba-tiba hujan turun langsung deras. Bruss! Jadilah kami berteduh di lapak kosong dekat camping ground. Dinginnya subhanallah.. saya sudah pakai jaket setebal itu aja masih dingin ditambah hujan deras lagi😰

Sepertinya sudah mau jam 2 saat kami mulai naik lagi. Menuju hutan mati. Lewatin hutan lagi. Tanahnya sudah mulai berpasir. Banyak juga aliran air di tanah. Badan udah mulai remuk tapi tanggung, sebentar lagi sampai ke tujuan😍

 *Mission Complete*

14.40 akhirnya kami sampai di hutan mati. Kenapa disebut hutan mati? Dahulu ini hutan dengan pohon-pohon hijau tapi terkena hembusan angin panas dari gunung berapi. Tinggalah tanah berpasir dengan mumi pohon-pohon hutan. Saya sebut mumi karena kayu pohon ini masih tegak berdiri meski sudah terbakar angin panas dan tidak bisa numbuh daun lagi. Kayu pohon ini masih kokoh tapi menghitam. Ibaratnya sudah mati tapi masih kuat rangkanya seperti mumi.

Udara sangat dingin dan angin sangat kencang. Entah ini ada hubungannya atau tidak sepertinya pohon mati itu termumikan oleh suhu dingin dari alam ini sehingga masih kokoh berdiri.

 Perjalanan naik gunung ini mengingatkan saya akan sebuah perjuangan saat melahirkan Aisha. Cerita lengkapnya akan saya ceritakan di sesi sharing VBA2C. Perjalanan naik gunung ini sangat berat, butuh kekuatan tekad, dan juga kesabaran. Menikmati keindahan ciptaan Allah dari dekat. Merasakan kelemahan kita yang begitu sulit menaklukkan ciptaanNya. Tapi dengan azzam yang kuat dan izin Allah insyaAllah kita bisa melewatinya. Seperti izin Allah atas perjuangan saya melahirkan Aisha secara pervaginam setelah 2x Caesar.

Begitulah kami menamakannya Aisha Zeta Azmi Zhafira
Aisha : Aisyah, Istri Rasulullah
Zeta : Bunga Mawar
Azmi : Azzam yang kuat
Zhafira : Kemenangan

Ada azzam yang kuat saat melahirkannya, ada azmi dalam namanya.

Papandayan Expedition: Ziarah Mumi Hutan Mati

Kami persembahkan untuk Aisha...



Sesi diskusi :

📌 Mba @Fita Rahmat Iip , gunung yg pertama Kali expedisi sama anak2 apa mba?

✅ gunung gede pangrango, dadakan. Soalnya abis acara kemah keluarga indonesia di cibodas. sampingnya gunung jadi sekalian aja. tapi ga muncak cuma smp air terjun. mungkin setengah tinggi gunungnya. lumayanlah bwt pemanasan😄

📌Klo belom punya pengalaman naik gunung... sebaiknya dimulai dari apa dulu y klo sambil bawa anak2

✅dimulai dari niat baik yg kuat dan perlengkapan yang nyaman untuk anak.

Niat baik : untuk melatih fisik spy jd hamba Allah yg kuat.
Boleh membuat target tapi jangan memaksakan diri. Persiapan fisik minimal jalan kaki atau olahraga ringan mungkin seminggu sebelum hari H juga jaga stamina, makan teratur, tidur cukup. Tapi karena sy ngantor biasanya ga pake olahraga cuma jaga stamina aja. Jadi ya sekuatnya aja di lokasi. Banyak berhenti gakpapa

✅Perlengkapan: untuk anak yang belum bisa jalan jauh bisa pakai kids carrier atau gendongan baby yg cukup kuat. Untuk anak yg sudah bisa jalan jauh pakai alas kaki yg kuat dan nyaman

✅ Aisha 8-10 kg, berat carrier merah 2kg, barang bawaan mungkin 2-3kg= total skitar 13kg.
A Afnan 13-15kg, carrier hijau 1kg, barang bawaan 2-3 kg= skitar 17 kg

📌Mba Fita, ketemu tantangan yang bikin niat mundur gak selama pendakian?
✅tantangan itu ya diri kita sendiri. Mungkin sama ky yg lain, mulai nyerahnya klo udah capek. tapi krn sejak awal sdh ada niat baik mw napaktilas perjuangan lahiran,hadiah bwt aisha smp ke hutan mati, alhamdulillah bisa lanjut terus. klo capek tinggal istirahat abis itu lanjut lagi. klo kurang tenaga makan dulu yg manis2, biasanya kami bawa coklat. Klo yg benar2 bikin mundur mungkin klo tracking sudah tidak aman. misalnya tiba2 ada longsor, dll juga klo kondisi tim ada yg sudah darurat, dehidrasi/sakit.

 📌gunung Prau teh dimana mba Fita?

✅unung Prahu (terkadang dieja Gunung Prau) (2.565 mdpl) terletak di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, Indonesia. Gunung Prahu terletak pada koordinat 7°11′13″LU 109°55′22″BT. Gunung Prahu merupakan tapal batas antara tiga kabupaten yaitu Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Wonosobo.

Puncak Gunung Prahu merupakan padang rumput luas yang memanjang dari barat ke timur. Bukit-bukit kecil dan sabana dengan sedikit pepohonan dapat kita jumpai di puncak. Gunung Prahu merupakan puncak tertinggi di kawasan Dataran Tinggi Dieng, dengan beberapa puncak yang lebih rendah di sekitarnya, antara lain Gunung Sipandu, Gunung Pangamun-amun, dan Gunung Juranggrawah.

 📌 Mb Fita, biasanya mba kalo naik, itu mba naik mandiri atau bersama komunitas mb?
✅klo family hiking keluarga sendiri aja. klo suami suka naik gunung sm temen2nya atau ikut open trip (OT). biasanya ada open trip ke masing2 gunung jadi ada barengannya. tapi OT biasanya anak muda/single bukan family. OT lebih terorganisir krn bayar skian untuk transport&tiket masuk&asuransi, peralatan bawa sendiri

 📌 Aku juga dah gak bs kemping mba.. setelah operasi 5x gak kuat perutnya
✅Gpp mba ga harus naik gunung. Ikut komunitas kemah keluarga indonesia aja...kemping di alam tnp harus naik gunung. Kadang dkt gunung, pinggir pantai, dkt sungai&air terjun..seru deh. Pendirinya mmg anak pecinta alam yg udah pensiun naik gunung tp pgn kemping di alam sm kluarganya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Zona Newstime Minggu Ke-2

Zona N Minggu kedua,  kami akan mengadakan selebrasi cluster. Wah.. kira-kira selebrasi mau dibuat gimana ya? Jujur, Minggu ini saya jarang ...